Jangan anggap enteng sarapan pagi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Farmhouse Breakfast Week mengatakan bahwa setiap orang yang bergerak di bidang bisnis akan memperoleh kemampuan decision-making lebih baik jika sarapan pagi.
Survei yang diikuti oleh 4.166 pengusaha asal Inggris itu menunjukkan, sekira 34 persen responden mengaku sulit memulai pekerjaan dengan baik karena perut masih kosong. Berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut diketahui bahwa mereka adalah pengusaha yang lebih mementingkan pekerjaan ketimbang kesehatan diri sendiri. Adapun menurut psikolog asal Inggris Ros Taylor, pengusaha yang tidak sarapan pagi akan rugi besar. Taylor mengatakan, sarapan pagi diibaratkan sebagai energi yang mampu membuat otak mereka jauh lebih fokus dan konsentrasi.
“Para pengusaha selalu berpikir rasional. Mereka bekerja dengan logika dan analisa untuk memutuskan sesuatu,” katanya. “Namun, ketika meninggalkan sarapan, maka hilang pula energi untuk menambah konsentrasi otak dan performa mental mereka,” ujar Taylor.
Selain berpengaruh pada kesehatan, tidak pernah sarapan pagi juga membuat moral kerja mereka melemah. Pentingnya sarapan memang sudah digembar-gemborkan sejak lama. Toh, meski memiliki segudang manfaat, masih banyak orang yang meninggalkannya. Menurut survei Food and Mood Project, sebanyak 88 persen dari total 200 responden mengakui bahwa makanan yang tepat akan berpengaruh bagi kesehatan mental.
Sementara 26 persen sisanya menyebut sarapan pagi membuat mereka mengalami perubahan moodke arah yang lebih baik. Amanda Geary, seorang peneliti dari Food and Mood Project, mengatakan temuan ini akan mengubah pandangan orang tentang diet. “Diet jadi alasan seseorang meninggalkan sarapan pagi,” katanya. “Padahal, tubuh yang sehat bisa terjadi dengan sarapan yang baik,” tandas Geary. Presenter, bintang sinetron, dan model terkenal Olga Lidya rupanya merasakan hal serupa. Dia mengaku sangat memegang teguh prinsip sarapan pagi.
Olga yakin, sarapan yang tepat dapat membuat dirinya merasa jauh lebih bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Dia malah punya ungkapan yang mengatakan, “Makan pagi layaknya seorang raja, makan siang seperti seorang putri, sementara makan malam selayaknya pengemis.” Sayangnya, Alga menyebutkan, rutinitas masyarakat perkotaan yang cenderung tinggi dan serba terburu-buru membuat mereka kerap meninggalkan sarapan pagi. Dia sendiri mengaku disiplin. Sesibuk apa pun, wanita kelahiran 4 Desember 1976 ini selalu berusaha menyempatkan diri untuk sarapan. Untuk menu, dia memilih susu yang dicampur dengan bekatul atau kulit ari beras. Prinsip pentingnya sarapan pagi juga dipegang teguh oleh Wakil Ketua komisi III DPR Mulfachri Harahap. Politikus ini berpendapat bahwa sarapan amat memegang peranan penting dalam kelancaran kinerja seseorang.
“Sejatinya, orang mulai bekerja di waktu produktif, yakni sejak pukul 08.00 hingga jam tiga sore,” ujar Mulfachri. Setiap pagi, segelas jus jeruk segar dan semangkuk bubur ayam setia menyapa Mulfachri. Asupan gizinya pun menjadi bervariasi. Bubur ayam mengandung karbohidrat, protein nabati, dan hewani, sedangkan segelas jus memperkaya tubuhnya dengan serat dan vitamin C.
Meski demikian, tidak semua orang sependapat dengan Olga dan Mulfachri. Direktur Utama Merrill Lynch Lily Widjaja justru punya pendapat lain. Lily mengaku tidak pernah menyiapkan sarapan khusus pada pagi hari. Biasanya dia sudah cukup puas dengan menyantap buah-buahan yang bervariasi setiap pagi plus secangkir kopi kesukaannya. “Dengan itu saja, saya sudah bahagia dan siap untuk ‘bertempur’ dengan pekerjaan,” ujar Lily santai. Jika terlalu banyak makan, siangnya Lily malah akan merasa pusing. Mulfachri sendiri yakin bahwa sarapan dapat berkontribusi besar pada berbagai kegiatan kerja sehari-hari.
Seperti pengambilan keputusan, mengorganisasi tugas, juga menginstruksikan wewenang kepada bawahan dengan tepat. Adapun pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan mengatakan, sarapan pada dasarnya memberikan kontribusi sebanyak 25% gizi bagi tubuh. Gula darah pun akan terpenuhi sehingga orang merasa semangat untuk menjalani aktivitasnya pada pagi hari dan tidak mudah lapar hingga waktu makan siang. Begitu pula pendapat Prof Dr Fransiska Rungkat MSc dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang juga menekankan pentingnya memulai hari dengan sarapan.
“Ketika kita makan dan dinikmati dengan enak serta mengenyangkan, moodpun tentu akan jadi baik,” tandas Fransiska. Kendati kegiatan sarapan sudah cukup membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, Ali menilai, sarapan dengan kualitas gizi yang memadai belum membudaya di Indonesia. “Masih banyak orangtua yang tidak memperhatikan sarapan anak,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment